Lokananta meluncurkan kembali dirinya sebagai creative hub bagi para musisi

Surakarta, Jawa Tengah (ANTARA) – Label rekaman milik negara Lokananta meluncurkan kembali dirinya sebagai pusat kreatif dan komersial untuk musisi lokal dan internasional setelah revitalisasi fasilitasnya.

Direktur Utama Lokananta Wendi Putranto mengatakan, dengan menjadi creative hub, perusahaan memulai pendekatan baru untuk mendiversifikasi bisnisnya di luar bisnis rekaman dan piringan hitam.

“Selain sebagai perusahaan rekaman, (Lokananta) juga akan berperan sebagai placemaking, sebagai creative and commercial hub, serta memberdayakan UMKM. Kami juga akan menggelar pertunjukan musik dan seni secara rutin di Lokananta untuk melestarikan kesenian Indonesia,” ujar Putranto di sini. Jumat.

Ia mencatat, Mei lalu, perusahaan telah mengundang dan bertemu 40 komunitas kreatif di Surakarta untuk mengikuti acara di Lokananta.

“Lokananta bukan hanya aset warga Surakarta tetapi juga aset nasional. Kami juga akan mengundang komunitas dari Jakarta, dan akan ada banyak program dan acara di Lokananta,” jelas Putranto.

Sementara itu, Direktur Utama BUMN Danareksa Yadi Jaya Ruchandi mengatakan, revitalisasi Lokananta menunjukkan tekad Kementerian BUMN dan Pemkot Surakarta untuk mengembalikan kejayaan perusahaan.

“Lokananta pernah menjadi salah satu produsen piringan hitam terbesar di Asia, dan ribuan produk telah dibuat oleh Lokananta,” ujarnya.

Setelah direvitalisasi, Lokananta akan meluncurkan kembali dirinya melalui acara Festival Lokananta pada 3-4 Mei yang akan diikuti oleh 21 pengisi acara dari berbagai era, ujarnya.

Selain itu, Walikota Surakarta Gibran Rakabuming Raka memuji selesainya revitalisasi Lokananta dan menyatakan komitmen untuk mendukung perusahaan.

“Kita akan dorong upaya kita untuk menghidupkan (Lokananta), dan para musisi juga bisa menuangkan idenya di sini,” kata Raka.

Lokananta, saat ini merupakan anak perusahaan percetakan negara Perum Percetakan Nasional RI (PNRI), didirikan pada tahun 1956. Perusahaan ini menyimpan ribuan rekaman penting sejarah serta musik tradisional dan komersial.

Perusahaan jatuh ke dalam penurunan, karena tren catatan fisik memudar. Namun, upaya telah dilakukan untuk mendukung perusahaan untuk memastikan kelangsungan hidupnya sebagai bagian dari sejarah nasional.

Berita terkait: IMF-WB – Koleksi lagu Lokananta dipajang di Paviliun Indonesia
Berita terkait: Papua Youth Creative Hub jadi percontohan daerah lain: Presiden

Diterjemahkan oleh: Aris Wasita, Nabil Ihsan
Editor: Azis Kurmala
HAK CIPTA © ANTARA 2023